Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada Rabu 19 Juni 2024 pukul 13.10 WITA di Doro Punti, Dusun Lia, Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemangku kepentingan dan masyarakat. Kebakaran yang diduga disebabkan oleh puntung rokok yang dibuang dengan cepat menyebar melalui rerumputan kering dan lahan pertanian sehingga berdampak pada sekitar 10 hektar lahan. Beruntung, dilaporkan tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.
Menyikapi kebakaran tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Bima dan pemangku kepentingan terkait lainnya untuk menilai dampak dan menentukan tindakan. Pihak berwenang menekankan pentingnya mencegah insiden di masa depan dengan mengimbau masyarakat untuk tidak membakar hutan dan lahan pertanian, membuang puntung rokok secara bertanggung jawab, menghindari praktik pembakaran untuk pembukaan lahan, dan memastikan bahwa kebakaran di kawasan hutan dan lahan dapat dipadamkan dengan baik.
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sudah ada sejak beberapa dekade yang lalu, dan insiden tersebut menjadi lebih sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir karena kombinasi berbagai faktor seperti perubahan penggunaan lahan, praktik pertanian, dan perubahan iklim. Kebakaran hutan dan lahan tidak hanya menimbulkan ancaman signifikan terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem namun juga berkontribusi terhadap polusi udara, emisi gas rumah kaca, dan risiko kesehatan bagi masyarakat lokal.
Orang-orang ini termasuk pejabat pemerintah, aktivis lingkungan, ilmuwan, dan tokoh masyarakat yang telah mengadvokasi praktik pengelolaan lahan berkelanjutan, strategi pencegahan kebakaran, dan tindakan respons yang efektif jika terjadi bencana.
Salah satu aspek positif dari respons terhadap kebakaran hutan dan lahan adalah meningkatnya kesadaran dan kerja sama antar pemangku kepentingan untuk mengatasi akar permasalahan kebakaran hutan dan lahan. Dengan mendorong pendidikan masyarakat, menerapkan penegakan peraturan yang lebih ketat, dan berinvestasi pada teknologi pencegahan kebakaran, terdapat kemungkinan untuk mengurangi kejadian dan tingkat keparahan kebakaran di masa depan.
Namun ada juga aspek negatif yang perlu dipertimbangkan, seperti dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kerusakan lingkungan jangka panjang akibat kebakaran hutan dan lahan. Tantangan dalam menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan masih merupakan permasalahan kompleks yang memerlukan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan dan upaya berkelanjutan untuk mengatasinya.
Penting untuk terus memantau dan mengevaluasi efektivitas strategi pencegahan dan tanggap kebakaran, serta mencari solusi inovatif untuk memitigasi dampak kebakaran hutan dan lahan. Praktik pengelolaan lahan berkelanjutan, keterlibatan masyarakat, dan investasi pada sistem peringatan dini dan sumber daya pemadam kebakaran merupakan komponen penting dari pendekatan komprehensif untuk mengurangi risiko insiden di masa depan.
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada 19 Juni 2024 menjadi pengingat akan pentingnya mengatasi tantangan lingkungan dan mendorong praktik pembangunan berkelanjutan. Dengan bekerja sama mencegah kebakaran hutan dan lahan, melindungi sumber daya alam, dan membangun ketahanan dalam menghadapi bencana, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan untuk generasi mendatang.