Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, melaporkan bahwa 8 kecamatan terdampak oleh banjir dan longsor. Dampak dari bencana hidrometeorologi ini adalah 119 orang yang masih mengungsi, 4 orang luka, dan 1 orang meninggal dunia. Bupati Soppeng, Andi Kaswadi Razak, menyatakan bahwa semua kecamatan di Soppeng terkena dampak banjir, dengan sebagian besar korban yang mengungsi dan cedera sedang dirawat di RSUD Latemmamala. Satu korban jiwa juga dilaporkan meninggal dunia akibat longsor di Desa Mattabulu.
Banjir juga merendam persawahan warga, mengancam gagal panen petani. Sebanyak 6.153 hektar tanaman padi dan 977,59 hektar tanaman jagung dinyatakan gagal panen. Bupati Kaswadi menekankan bahwa bencana ini merusak lahan produktif yang telah ditanami oleh masyarakat.
Selain itu, 10 rumah rusak tertimbun longsor dan 2 rumah hanyut akibat banjir. Jembatan gantung yang menghubungkan Desa Soga dengan Desa Mariorilau juga terputus akibat bencana ini. Data mengenai jalan yang rusak masih dalam proses pendataan, sementara beberapa jembatan termasuk yang menghubungkan Soga-Mariorilau dan di Salokaraja juga mengalami kerusakan.
Total jumlah warga yang terdampak mencapai 11.961 kartu keluarga atau sekitar 17.094 jiwa. Hujan deras yang melanda Soppeng pada Sabtu memicu banjir, diikuti oleh longsor pada Minggu di Dusun Teppoe, Desa Mattabulu. Korban yang hilang, Petta Mariam, ditemukan telah meninggal dunia akibat tertimbun longsor.
Humas Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Soppeng, Rudinan, menjelaskan bahwa 10 rumah rusak dan sejumlah kendaraan tertimbun akibat longsor. Terdapat juga 4 warga yang mengalami luka-luka. Mobil dan motor juga menjadi korban dari bencana ini.
Bencana ini memberikan dampak yang cukup besar bagi masyarakat Soppeng, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Pemerintah setempat bersama dengan instansi terkait terus berupaya untuk memberikan bantuan dan pemulihan kepada korban bencana. Semoga masyarakat Soppeng dapat segera pulih dan bangkit dari bencana ini.