Nilai tukar rupiah hari ini membuka perdagangan dengan posisi yang cukup stabil, yaitu Rp15.856 per dolar AS. Mata uang Garuda berhasil menguat sebesar 79 poin atau 0,50 persen dari perdagangan sebelumnya. Di kawasan Asia, mata uang lain juga terpantau bergerak dengan variasi yang berbeda. Peso Filipina menguat 0,01 persen, baht Thailand naik 0,06 persen, ringgit Malaysia mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen, dan yuan China juga menguat sebesar 0,03 persen.
Namun, ada beberapa mata uang yang mengalami pelemahan. Won Korea Selatan turun 0,17 persen, dolar Singapura minus 0,10 persen, yen Jepang melemah sebesar 0,21 persen, dan dolar Hong Kong hanya naik tipis sebesar 0,01 persen. Sementara itu, mata uang negara maju juga bergerak dengan variasi yang berbeda. Poundsterling Inggris melemah 0,04 persen, euro Eropa turun 0,10 persen, dan franc Swiss mengalami penurunan sebesar 0,14 persen. Di sisi lain, dolar Australia menguat 0,12 persen dan dolar Kanada juga mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen.
Menurut analis pasar uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, rupiah diprediksi akan menguat terhadap dolar AS yang sedang melemah akibat kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah. “Data ekonomi PCE AS sesuai dengan perkiraan dan tidak ada kejutan dalam risalah pertemuan FOMC sebelumnya,” ujar Lukman kepada CNNIndonesia.com.
Berdasarkan sentimen tersebut, ia memproyeksikan bahwa rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.800 hingga Rp15.950 per dolar AS pada hari ini. Dengan adanya perkembangan positif di beberapa mata uang Asia dan negara maju, diharapkan rupiah dapat terus menguat dalam beberapa waktu ke depan.