Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE) Mohammad Faisal mengungkapkan bahwa industri kecil menengah (IKM) adalah yang paling dirugikan dengan maraknya impor produk asing saat ini, bukan usaha kecil dan menengah (UKM).
Menurut Faisal, IKM terdampak paling besar karena mereka fokus pada proses produksi, sedangkan UKM memiliki berbagai jenis usaha seperti penjualan barang domestik maupun impor. Dengan mudahnya barang impor masuk ke Indonesia, hal ini membuat produk IKM bersaing dengan produk serupa dari luar negeri.
Faisal juga menyoroti penutupan banyak industri kecil dan menengah seperti tekstil, pakaian jadi, dan sepatu akibat persaingan dengan produk impor selama hampir 20 tahun terakhir. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya kebijakan yang berkelanjutan untuk melindungi IKM di Indonesia.
Menurut Faisal, Indonesia perlu memprioritaskan industri padat karya dengan kebijakan komprehensif yang mencakup aspek pembiayaan, kebijakan perdagangan, akses pasar, dan dukungan teknis agar IKM dapat bersaing secara kompetitif di dalam negeri.
Faisal menyatakan bahwa kebijakan dalam negeri harus mendukung IKM dan memberikan prioritas pada mereka. Hal ini penting untuk memastikan kelangsungan bisnis IKM dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Indonesia.
Dengan demikian, upaya perlindungan dan pembinaan terhadap IKM harus menjadi fokus utama dalam kebijakan ekonomi Indonesia. Dukungan yang komprehensif dan berkelanjutan akan membantu IKM berkembang dan bertahan dalam persaingan global yang semakin ketat.