Bank Dunia memperhatikan potensi risiko pelemahan ekonomi global dan negara berkembang seperti Indonesia, akibat kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh Donald Trump setelah dilantik pada Senin (20/1/2025). Dalam laporan Global Economic Prospects (GEP) edisi Januari 2025, Bank Dunia menggunakan model makroekonomi global untuk mengevaluasi dampak kenaikan tarif AS.
Simulasi menunjukkan bahwa kenaikan tarif AS sebesar 10% pada semua mitra dagang pada tahun 2025 dapat mengurangi pertumbuhan global sebesar 0,2%. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pertumbuhan ekonomi dapat lebih lemah sebesar 0,1% setiap kenaikan tarif sebesar 10%. Jika ada tarif balasan dari mitra dagang, dampak negatifnya bisa meningkat menjadi sekitar 0,3% untuk pertumbuhan global dan 0,2% untuk negara-negara berkembang.
Bank Dunia menekankan bahwa peningkatan proteksionisme perdagangan global bersama dengan ketidakpastian kebijakan dapat memperburuk dampak tersebut. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global diprediksi mencapai 2,7% pada 2025, sementara negara-negara berkembang diproyeksikan stagnan di level 4,1%. Namun, jika efek dari kebijakan tarif Trump benar-benar terjadi, pertumbuhan global dan negara berkembang dapat terpangkas menjadi 2,5% dan 4% pada tahun tersebut.
Untuk Indonesia, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1% pada 2025, tidak berubah dari proyeksi sebelumnya. Namun, Bank Dunia juga menyoroti risiko terhadap prospek negara-negara East Asia Pacific (EAP), termasuk Indonesia, yang tetap cenderung negatif akibat perubahan kebijakan global yang merugikan.
Ketidakpastian mengenai kebijakan perdagangan global menimbulkan ancaman signifikan bagi aktivitas ekspor yang terkait dengan rantai nilai global di banyak negara EAP. Konflik dan bencana alam terkait perubahan iklim juga meningkatkan risiko penurunan lebih lanjut dalam pertumbuhan ekonomi.
Dari dalam negeri, pemerintah tetap optimis meskipun beberapa lembaga seperti Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 dari 5,2% menjadi 5,1%. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pemerintah tetap optimis, terlepas dari revisi tersebut.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, penting bagi Indonesia untuk terus mengambil langkah-langkah strategis dalam menghadapi dampak dari kebijakan tarif global. Semua pihak harus bekerja sama untuk memitigasi risiko dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bagi negara ini.