Kota Jayapura, ibu kota Provinsi Papua, mengalami gempa tektonik berkekuatan 5 magnitudo, pada hari Jumat tanggal 21 Juni 2024 sekitar pukul 09:11:19 WIB. Suatu gempa telah terjadi di daratan Jayapura, Papua, dengan koordinat 3.59° S; 139.95° BT, pada kedalaman mencapai 86 km. Magnitudo gempa terupdate tercatat 5.5 oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Dr. Daryono dari Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG menyebabkan gempa ini dikarenakan perubahan bentuk kerak bumi. Meski gempa dirasakan hingga Wamena di Dataran Tinggi Papua, namun dipastikan tidak menimbulkan ancaman tsunami. Dampak gempa terasa di wilayah Wamena dengan intensitas II-III MMI (Gempa terasa jelas di dalam ruangan. Getarannya dirasakan seperti ada truk yang lewat), dan di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura dengan intensitas II MMI (Getaran dirasakan sebagian masyarakat).
Aktivitas seismik di kawasan ini tidak jarang terjadi karena lokasinya di dalam Cincin Api Pasifik, zona berbentuk tapal kuda yang sering terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi di sekitar tepi Samudera Pasifik. Papua, sebagai bagian dari kepulauan Indonesia, rentan terhadap bahaya geologi, dengan pergerakan lempeng tektonik yang sering mengakibatkan gempa bumi dan tsunami. Namun, berkat sistem pemantauan canggih seperti BMKG, informasi dan peringatan yang tepat waktu dapat disebarluaskan untuk memitigasi risiko yang terkait dengan kejadian tersebut.
Dampak gempa bumi dapat sangat dahsyat, menyebabkan hilangnya nyawa, cedera, dan kerusakan infrastruktur. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait untuk bersiap menghadapi kejadian seperti itu. Langkah-langkah kesiapsiagaan dapat mencakup penerapan peraturan bangunan, pelaksanaan latihan, dan penerapan rencana tanggap darurat. Dalam kasus Kota Jayapura, gempa dengan magnitudo sedang ini menjadi pengingat bagi warga untuk waspada dan bersiap menghadapi kejadian seismik di masa depan.
Meskipun gempa bumi di Jayapura tidak menimbulkan tsunami, namun potensi bencana tersebut masih menjadi kekhawatiran bagi wilayah pesisir. Tsunami, yang seringkali dipicu oleh gempa bumi bawah laut, dapat menyebabkan kerusakan luas di sepanjang garis pantai, sehingga sistem peringatan dini menjadi penting untuk menyelamatkan nyawa. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi, termasuk penggunaan sirene, peringatan seluler, dan pendidikan masyarakat, kemampuan untuk merespons ancaman tsunami secara efektif telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Gempa yang melanda Kota Jayapura, Papua, menjadi pengingat akan kerentanan wilayah tersebut terhadap aktivitas seismik. Meskipun peristiwa tersebut tidak menyebabkan tsunami, pentingnya kesiapsiagaan dan mekanisme respons yang efektif tidak dapat diabaikan. Dengan terus memantau, mendidik, dan berinvestasi dalam ketahanan terhadap bencana, masyarakat dapat mengurangi dampak bencana alam dan menjaga kesejahteraan mereka. Melalui upaya kolektif dan koordinasi, kota-kota seperti Jayapura dapat berupaya membangun masa depan yang lebih aman dan berketahanan.