Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa selama periode 1 Januari hingga 31 Desember 2024, Indonesia mengalami 2.093 kejadian bencana alam. Bencana hidrometeorologi mendominasi peristiwa tersebut, mencapai 98,85%, sementara bencana geologi hanya menyumbang 1,15%. Banjir menjadi bencana yang paling sering terjadi, dengan total 1.077 kejadian, diikuti oleh cuaca ekstrem sebanyak 452 kejadian, karhutla dengan 337 kejadian, tanah longsor sebanyak 135, dan kekeringan sebanyak 54 kali.
Selain itu, terdapat juga 19 gempa bumi, 5 erupsi gunung api, dan 14 kejadian gelombang pasang serta abrasi. Kerugian fisik dan dampak sosial dari bencana ini sangat besar, dengan 60.291 rumah mengalami kerusakan, termasuk 9.864 rumah rusak berat, 12.267 rusak sedang, dan 38.160 rusak ringan. Fasilitas umum juga terdampak, termasuk 519 unit fasilitas pendidikan, 188 rumah ibadah, dan 46 fasilitas pelayanan kesehatan. Selain itu, 497 kantor dan jembatan juga mengalami kerusakan.
Dari segi korban, bencana alam sepanjang 2024 menyebabkan 489 orang meninggal dunia, 58 orang hilang, dan 11.537 orang mengalami luka-luka atau sakit. Lebih dari 6,3 juta orang harus mengungsi akibat bencana tersebut. Provinsi dengan jumlah bencana tertinggi adalah Jawa Timur, yang mencatatkan 297 kejadian bencana. Sementara itu, Provinsi lain seperti Jawa Barat dengan 254 kejadian, Jawa Tengah dengan 211 kejadian, Sumatera Utara dengan 162 kejadian, dan Sulawesi Selatan dengan 122 kejadian juga mengalami bencana yang signifikan. Di sisi lain, wilayah Papua Pegunungan mencatatkan jumlah kejadian terendah, hanya 3 kejadian.
Bencana alam memang selalu menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Kita harus terus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana agar kerugian bisa diminimalkan dan korban bisa diminimalkan. Semoga dengan upaya bersama, kita bisa mengurangi dampak buruk dari bencana alam di masa depan. Semoga bencana seperti ini tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.